MISTERI TERSULAPNYA NILAI UN GITA SARASWATI DARI 0,82 MENJADI 7,8
MERDEKA.COM. Kesedihan sempat mewarnai wajah
Gita Saraswati (17), siswi SMA Negeri 15 Sunggal Medan setelah
dinyatakan tidak lulus ujian nasional (UN). Gita dinyatakan tidak lulus
karena nilai ujian Bahasa Indonesia-nya hanya 0,82.
Gita lalu protes ke sekolahnya dan dinas pendidikan. Ia protes karena yakin bisa mengerjakan soal UN Bahasa Indonesia dengan mudah. Di sekolah, nilai Bahasa Indonesia Gita rata-rata 8.
"Gita tidak bisa terima. Gita yakin bisa jawab soalnya. Minimal 20 soal saya bisa jawab, apalagi itu kan mata ujian hari pertama, boleh tanya orangtua, saat itu Gita benar-benar fokus belajar. Kok nilainya cuma 0,82," kata Gita, siswi SMA Negeri 15 ini, Rabu (29/5) lalu.
Gita lalu protes ke sekolahnya dan dinas pendidikan. Ia protes karena yakin bisa mengerjakan soal UN Bahasa Indonesia dengan mudah. Di sekolah, nilai Bahasa Indonesia Gita rata-rata 8.
"Gita tidak bisa terima. Gita yakin bisa jawab soalnya. Minimal 20 soal saya bisa jawab, apalagi itu kan mata ujian hari pertama, boleh tanya orangtua, saat itu Gita benar-benar fokus belajar. Kok nilainya cuma 0,82," kata Gita, siswi SMA Negeri 15 ini, Rabu (29/5) lalu.
Sehari setelah Gita berbicara ke publik, perjuangan Gita membuahkan hasil. Bim salabim, tiba-tiba dari pihak sekolah mendapat informasi bahwa Gita lulus ujian.
Ternyata, nilai Bahasa Indonesia Gita tidak 0,82 tapi 7,8. Karena ada perubahan nilai, Gita akhirnya dinyatakan lulus.
Kepala SMAN 15 Medan, Darwin Siregar mengaku tak tahu bagaimana nilai bahasa Indonesia Gita Saraswati bisa salah. Darwin juga tidak bisa menjelaskan kronologi terjadinya kesalahan pada penilaian lembar jawaban ujian Bahasa Indonesia Gita.
"Bukan domain saya menjawab itu, melainkan panitia UN," jelasnya kepada merdeka.com, Kamis (30/5).
Tidak hanya Darwin, Ketua Panitia UN Dinas Pendidikan Sumut Yusri dan Ketua Panitia UN Dinas Pendidikan Medan Marasutan Siregar mengaku tidak mengetahui persoalan itu.
"Saya belum mendapat laporan. Saya baru tahu dari Anda," ucap Yusri saat dihubungi merdeka.com, Kamis (30/5).
Ketidaktahuan ini juga disampaikan Marasutan Siregar. Seperti Yusri, dia juga sempat bertanya tentang kasus yang menimpa Gita Saraswati. "Yang mana? Oh kalau soal hasil itu ke Unimed (Universitas Negeri Medan)," katanya.
Kalau semua tidak tahu begini, lantas siapa yang harus bertanggung jawab?
Ternyata, nilai Bahasa Indonesia Gita tidak 0,82 tapi 7,8. Karena ada perubahan nilai, Gita akhirnya dinyatakan lulus.
Kepala SMAN 15 Medan, Darwin Siregar mengaku tak tahu bagaimana nilai bahasa Indonesia Gita Saraswati bisa salah. Darwin juga tidak bisa menjelaskan kronologi terjadinya kesalahan pada penilaian lembar jawaban ujian Bahasa Indonesia Gita.
"Bukan domain saya menjawab itu, melainkan panitia UN," jelasnya kepada merdeka.com, Kamis (30/5).
Tidak hanya Darwin, Ketua Panitia UN Dinas Pendidikan Sumut Yusri dan Ketua Panitia UN Dinas Pendidikan Medan Marasutan Siregar mengaku tidak mengetahui persoalan itu.
"Saya belum mendapat laporan. Saya baru tahu dari Anda," ucap Yusri saat dihubungi merdeka.com, Kamis (30/5).
Ketidaktahuan ini juga disampaikan Marasutan Siregar. Seperti Yusri, dia juga sempat bertanya tentang kasus yang menimpa Gita Saraswati. "Yang mana? Oh kalau soal hasil itu ke Unimed (Universitas Negeri Medan)," katanya.
Kalau semua tidak tahu begini, lantas siapa yang harus bertanggung jawab?
Sumber: Merdeka.com
Kasus kesalahan nilai seperti ini kerap terjadi. Jangankan dalam skala ujian nasional, skala ulangan harian di sekolah saja mungkin juga akan berdampak kepada masa depan siswa. Kasus ini adalah salah satu dari salah ribuan kasus salah nilai. Bagaimana mungkin pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan UNAS tidak tahu-menahu tentang hal ini (ceritanya sih baru tahu setelah dikabari). Kasus seperti ini adalah kesalahan fatal pihak panitia, entah itu masalah bersumber dari pensil, LJK, scanner, atau mungkin ada oknum terselubung, semua kemungkinan lebar terbuka.
Bayangkan jika anda mendapat nilai 7,0 di salah satu mapel UNAS, yang sebenarnya nilai anda adalah 10,00. Anda dengan sangat jelas tidak akan rela hal seperti ini terjadi. Mau tidak mau seluruh rakyat, terutama siswa harus mengikuti ketentuan UNAS, yaitu NILAI ADALAH SEGALANYA. Anda tahu sendiri tujuan diadakannya UNAS dan dampak dari nilai UNAS. Dengan mencuatnya kasus salah nilai seperti ini ke media massa, maka kemungkinan salah nilai bagi anda juga tidak mungkin tertutup rapat. Inilah kesalahan teknis yang dapat menghancurkan masa depan anak bangsa. Emosi siswa diadu, naik turun ketika pra dan pasca UNAS, lalu dengan gampangnya nilai mereka tertuliskan dengan jelas sekian. Misalnya bahasa 8,00. Matematika 8,50 dan seterusnya tanpa ada penjelasan lebih lanjut. Saya pribadi dulu sangat amat penasaran dengan nilai saya, dimana letak kesalahan saya sehingga nilai saya tidak bisa mencapai nilai sempurna. Siapa yang tahu? Siapa juga yang tahu jika nilai yang telah dipatenkan itu adalah salah? Rasanya sebagai konsumen dari pendidikan di Indonesia ini, saya sangat merasa dibodohi dengan adanya kegiatan UNAS yang kurang jelas ini.
Saya sendiri bingung mencari solusinya. Mungkin kepastian nilai dapat diperkuat dengan memberikan kunci jawaban beserta pembahasan pasca nilai UNAS diumumkan, efek sampingnya adalah pihak panitia UNAS harus merombak habis-habisan soal UNAS untuk tahun depan. Namun dengan adanya kunci dan pembahasan ini, anda dapat bayangkan seberapa besar manfaatnya. Selain anda tahu pasti bahwa nilai UNAS anda adalah benar, anda juga belajar banyak mengenai kesalahan yang anda buat ketika mengerjakan soal. Manfaat lainnya diperoleh oleh adik-adik anda, mereka akan belajar soal UNAS beserta pembahasannya yang sudah pasti benar karena kunci tersebut berasal dari penyelenggara UNAS. Mereka tidak perlu takut salah jawaban ketika berlatih mengerjakan soal UNAS tahun-tahun sebelumnya. Dengan berjalannya waktu, kemungkinan dinamika danem yang akan diperoleh siswa juga akan meningkat, ini diakibatkan karena siswa belajar sesuai dengan apa yang akan dikeluarkan ketika menghadapi UNAS. Siswa akan merasa sangat terbantu secara mental juga, ini akan mengurangi rasa grogi, tegang, dan takut mereka ketika menghadapi UNAS yang sesungguhnya.
Saya mendapat tanggapan pada artikel sebelumnya, seseorang memiliki seorang adik yang telah menghadapi UNAS tahun ini.Anggaplah namanya Paula. Namun Paula komplain akibat SKL yang diberikan sekolah jauh meleset dari UNAS yang sesungguhnya. Hal ini perlu disorot karena membahayakan keadaan mental siswa. Paula berkata bahwa adiknya ketakutan apabila nantinya dia tidak dapat diterima di sekolah bagus. Hal seperti ini mungkin bisa diatasi dengan cara yang saya sebutkan pada paragraf sebelumnya. Mungkin untuk mengganti sistem seperti itu perlu waktu, tapi alangkah baiknya jika ini benar-benar direalisasikan. Akan sangat membantu berbagai pihak, dan mungkin pihak panitia UNAS juga harus mempertimbangkan perombakan soal tiap tahunnya demi masa depan anak bangsa.
Sedikit bercerita saja, saya banyak mengalami masalah pendapat dengan mapel Bahasa Indonesia. Saya menganggap mapel ini lumayan susah, bukan berarti saya tidak bisa mengerjakan, justru saya merasa saya bisa 100% (hanya mengerjakan, abaikan masalah nilai haha). Tapi nilai saya tidak pernah sempurna, bahkan pernah dibawah KKM. Yang saya permasalahkan adalah, saya tidak pernah tahu jawaban yang benar seperti apa. Dampaknya adalah saya akan terus menjawab pertanyaan serupa (yang mungkin salah) dengan jawaban yang sama. Saya juga tidak bisa menyalahkan pihak pengajar, seharusnya saya berusaha mencari jawaban yang benar kepada guru saya, tapi tahu sendiri saya tipe yang sulit belajar. Namun suatu ketika hati saya ini sakit, kenapa soal yang saya anggap mudah hanya membuahkan nilai sekian? Saya sangat berharap pihak institusi pendidikan akan memberikan kunci beserta pembahasannya, mungkin akan lebih baik dalam membantu meningkatkan nilai siswa di kemudian hari, juga kepastian nilai akan terjamin. Namun apa boleh buat, mungkin ada juga pihak perancang soal yang merasa kesulitan dengan kebijakan seperti ini.
Sekian tanggapan saya atas masalah ini, saya rasa ini sudah sangat-sangat malam dan saya harus belajar matematika untuk besok. Sungguh, saya merasa sangat penasaran dengan bab dimensi tiga, saya ingin jadi arsitek dan apa boleh buat saya terlanjur jatuh cinta dengan bab 'nggilani' ini akibat saya terlalu sering bermain dengan bangun ruang. Sedikit cerita lagi, saya minta maaf apabila saya cenderung terlihat berbohong ketika ditanya "kamu sudah belajar? kamu bisa ini? bisa itu?" maaf saya akan terus menjawab tidak dan belum karena saya tidak berani mempertanggungjawabkan nilai saya nantinya.. Karena kemungkinan saya remidi matematika sangat besar, maka jangan minta ajari saya, saya barusan belajar setengah jam yang lalu. Akhir kata, saya minta maaf apabila anda merasa tidak enak dengan keberadaan argumentasi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi hidayah kepada kita semua, dan doakan saya tidak remidi satu mapel pun UKK ini. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment